Selasa, 10 November 2015

Hitam Putih Sebuah Pilihan

Senja hari tampak mendung yang ada dalam diri. Di Warung kopi ada sepasang suami-istri duduk di warung saya. Saya pengenya nawarin kopi sebelum saya tinggal belanja membeli rokok Sampurna Mild. Karena ketika itu stok rokok Sampurna mild tak tersisa 1 pun. Akhirnya saya putuskan untuk membeli rokok Sampurna Mild dengan cueknya tanpa mau menawarkan kopi atau dagangan saya terlebih dahulu. Saya di sana cuma sebentar. Saya kembali, saya liat sepasang suami istri itu sudah pindah berada di warung sebelah buat belanja. Waktu itu saya liat mereka beli nasi. Sebagai manusia biasa yang memiliki ego, dalam hati bergerutu "Sialan ini bapak/ibu tadi aja duduknya lumayan lama ngak ada niat buat belaja sampai warung rela saya tinggal. Kenapa setelah saya tinggal pergi sih, baru ada niatan belanja  pindah di warung sebelah? Apa cuma kebetulan?? Its oke, seperti lagunya Lolot band yang menyadarkan saya "nu ade ben mani side pacang melajah, nu ade matan ai jagi nyunarin hidup" yang artinya masih ada hari esok untuk belajar, masih ada matahari menerangi hidup.
Yupz, masih ada nanti dan nanti untuk menggantikan semuanya. Saya lebih takut kalau nanti ada yang beli rokok Sampurna Mild di warung saya karna ngak ada tar mereka jadinya pindah buat belanja ke warung sebelah. Bisa bisa tar mereka ngak jadi ngopi juga karna ngak ada rokok samourna Mild. Aduh.. Naaa, karna saya berpikir seperti itulah makanya saya putuskan untuk meninggalkan warung. Saya lebih milih meyelemetkan  kesedihan saya ke depan. Its oke cerita tentang sepasang suami istri yang kabur sudah saya ikhlaskan. Mungkin energi kami bertolak belakang sehingga kami tidak jodoh untuk memerankan tokoh penjual dan pembeli. Entah saya yang positif dia yang negatif atau sebaliknya. Its oke, lupakan saja. Dan yessss, bersyukur atas kehendak Shang Maha Penguasa perjuangan untuk meninggalkan warung tidak sia sia. Entah bagaimana ceritanya mungkin sudah kehendak alam, alam mengasihi saya atas kesedihan saya tadi kini telah terganti. Ada 2 pemuda membeli Sampurna Mild di Warung saya. Bukan cuma itu, dia juga beli yang lain selain dari rokok Sampurna Mild dan dagangan yang lainya juga semacam aqua dan minuman lainya.

Tuhan memang adil dan bijak. Lebih bijak dari manusia yang paling bijak. Cerita hidup hari ini mengajarkan saya kehidupan memang layaknya Sebuah corak Hitam dan Putih. dan itu pilihan. Seandainya saja saya menawarkan kopi pada bapak yang tadi (berarti saya memilih putih), pasti niat untuk membeli rokok Sampurna Mild tertunda dan bahkan ngak jadi. Karna bapak itu duduknya lumayan lama di warung sebelah. Kalau ngak salah sih sampai jam 10 ya. Nah, kalau jam 10 kan toko udah pada tutup (10 malam). Mau beli di mana? dan kedepanya mungkin nasib saya tidak dapat menikmati berhadapan dan bercakap cakap pada 2 pemuda yang membeli rokok Sampurna Mild (menjadi hitam).Pemuda itu katanya sih dia dari Jogja. hehe :). Emang ngak sia sia perjuangan saya. Mampu deh buat tersenyum setelah kecewa ibarat warna hitam kini telah menjadi putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bangun keramah-tamahan serta perkenalan dengan komentar